Minggu, 12 April 2015

Person Centered Therapy

PERSON CENTERED THERAPY

*      Konsep Terapi Person Centered
Terapi ini disebut juga dengaan client-centered therapy ( terapi yang berpysat pada pasien) atau terapi nondirektif. Teknik ini pada awalnya dipakai oleh Carl Rogers(1902-1987) pada tahun 1942. Sejak itu banyak prinsip rogers yang dipakai dalam terapi diterims secara luas. Dalam pandangan Rogers, gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri. Terapi yang berpusat pada pada pasien ini yang dikembangkan rogers membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejatidengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan ddan penghargaan dalam hubungan terapeutik.
Rogers mengemukakan enam syarat dalam proses terapi person centered yang harus dipenuhi oleh terapis. Rogers enyatakan bahwa pasien akan mengadakan respon jika :
1.      Terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri
2.      Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk mengerakkan dirinya kearah kematangan serta independensi, dan terapis menggunakan kekuatan ini dalam usahanya sendiri
3.      Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan apa saja yang diinginkan
4.      Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap
5.      Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan pemahaman dan penerimaan terhadap emosi –emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukannya
6.      Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberikan penafsiran, nasihat, mengajarkan, membujuk, meyakinkan kembali pasien

*      Unsur-unsur Terapi Person Centered
Munculnya gangguan
Carl Rogers (1902-1987), berpendapat bahwa orang-orang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri. Pendekatan humanistic Rogers terhadap terapi Person Center Therapy, membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan pengharagaan dalam hubungan terapeutik.

Tujuan Terapi
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan atau nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.

Peran Terapis
Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial

*      Teknik Terapi Person Centered
Pengungkapan dan pengomunikasian penerimaan, respek, dan pengertian, serta berbagai upaya dengan klien dalam mengembangkan kerangka acuan internal dengan memikirkan, merasakan, dan mengeksplorasi. Menurut pandangan pendekatan Client-Centered, penggunaan teknik-teknik sebagai muslihat terapis akan mendepersonalisasikan hubungan terapis klien.
Teknik-teknik harus menjadi suatu pengungkapan yang jujur dari terapis, dan tidak bisa digunakan secara sadar diri, sebab dengan demikian terapis tidak akan menjadi sejati. Konkritnya, menurut Corey wawancara merupakan tekhnik utama dalam konseling. Bahkan penyembuhan diri konseling sendiri dilakukan melalui akibat tidak langsung dari proses diskusi antara konselor dan konseling.



Daftar Pustaka
Semium,Y.(2006), Kesehatan Mental 3.Yogyakarta: Kanisiun
Corey, G. (2003).Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT.Refika Aditama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar