Minggu, 12 April 2015

Terapi Analisis Transaksional

Terapi Analisis Transaksional

*      Konsep Utama Terapi Analisis Transaksional
Teori transaksional analisis merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori transaksional analisis merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.
Transaksional analisis adalah suatu proses transaksi atau perjanjian yang mana melalui perjanjian inilah proses terapi akan dikembangkan sendiri oleh klien hingga proses pengambilan keputusan pun diambil sendiri oleh klien. Adapun konsep pokok dari transaksional analisis menurut Geral Corey ( 2005 ) adalah
1. Pandangan tentang Manusia
Transaksional Analisis berakar pada filsafat anti deterministik. Menempatkan iman dalam kapasitas kita untuk mengatasi kebiasaan pola dan untuk memilih tujuan-tujuan baru dari perilaku. Namun, ini tidak berarti bahwa kita bebas dari pengaruh kekuatan sosial. Ia mengakui bahwa kitadipengaruhi oleh harapan dan tuntutan orang lain yang signifikan, terutama keputusan yang terlebih dulu dibuat pada masa hidupnya ketika kita sangat tergantung pada orang lain

2. Perwakilan Ego
Transaksional analisis adalah suatu sistem terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah; ego anak, ego orang dewasa dan ego orang tua. Status ego adalah serangkaian perilaku yang terkait dengan pikiran, perasaan, dan perilaku di mana bagian dari kepribadian seorang individu dimanifestasikan pada waktu tertentu (Stewart & Joines, 1987).
A.    Status Ego anak
Status Ego Anak adalah keaslian dari bagian hidup kita dan yang paling alami, yang termasuk “rekaman” pengalaman awal. Dibedakan antara natural child (NC) yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal, kreatif, lucu, memberontak, tergantung, menuntut, egois, agresi, kritis, spontan, tidak mau kalah. Sebaliknya yang ber sifatadapted child (AC) ditunjukkan dengan bertindak sesuai dengan keinginan orang tuanya seperti penurut, sopan, dan patuh, sebagai akibatnya anak akan menarik diri, takut, manja, dan kemungkinan mengalami konflik.

B.     Status Ego Dewasa
Setiap orang juga menurut Berne memiliki sikap orang dewasa. Sikap orang dewasa umumnya pragmatis dan realitas. Mengambil kesimpulan, keputusan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Suka bertanya, mencari atau menunjukkan fakta-fakta, ber sifat rasional dan tidak emosional, bersifat objektif dan sebagainya. Status ego dewasa dapat dilihat dari tingkah laku yang bertanggung jawab, tindakan yang rasional dan mandiri. Sifat dari status ego dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan menggunakan akal.

C.     Status Ego Orang tua
Status ego orang tua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya. Ada dua bentuk sikap orang tua, yang pertama orang tua yang selalu mengkritik, merugikan dan yang ke dua orang tua yang sayang.

3. Skenario kehidupan dan posisi psikologi dasar
Adalah ajaran-ajaran orang tua yang kita pelajari dan putusan-putusan awal yang dibuat oleh kita sebagai anak dewasa. Pada dasarnya setiap manusia memerlukan belaian dari orang lain.Dalam teori analisis transaksional sebuah belaian merupakan bagian dari suatu perhatian yang melengkapi stimulasi yang optimal kepada individu. Belaian ini merupakan kebutuhan dalam setiap interaksi sosial dan menyehatkan.

*      Teknik-Teknik Terapi Analisis Transaksional

Prosedur pada TA dikombinasikan dengan terapi Gestalt, seperti yang dikemukakan oleh James dan Jongeward (1971) dalam Corey (1988), dia menggabungkan konsep dan prosedur TA dengan eksperimen Gestalt, dengan kombinasi tersebut hasil yang diperoleh dapat lebih efektif untuk mencapai kesadaran diri dan otonom. Sedangkan teknik-teknik yang dapat dipilih dan diterapkan dalam TA, yaitu
1.      Analisis struktural, para konseli akan belajar bagaimana mengenali ketiga perwakilan ego-nya, ini dapat membantu konseli untuk mengubah pola-pola yang dirasakan dapat menghambat dan membantu konseli untuk menemukan perwakilan ego yang dianggap sebagai landasan tingkah lakunya, sehingga dapat melihat pilihan-pilihan.
2.      Metode-metode didaktik, TA menekankan pada domain kognitif, prosedur belajar-mengajar menjadi prosedur dasar dalam terapi ini.
3.      Analisis transaksional, adalah penjabaran dari yang dilakukan orang-orang terhadap satu sama lain, sesuatu yang terjadi diantara orang-orang melibatkan suatu transaksi diantara perwakilan ego mereka, dimana saat pesan disampaikan diharapkan ada respon. Ada tiga tipe transaksi yaitu; komplementer, menyilang, dan terselubung.
4.      Permainan peran, prosedur-prosedur TA dikombinasikan dengan teknik psikodrama dan permainan peran. Dalam terapi kelompok, situasi permainan peran dapat melibatkan para anggota lain.
5.      Analisis upacara, hiburan, dan permainan, AT meliputi pengenalan terhadap upacara (ritual), hiburan, dan permainan yang digunakan dalam menyusun waktunya. Penyusunan waktu adalah bahan penting bagi diskusi dan pemeriksaan karena merefleksikan keputusan tentang bagaimana menjalankan transaksi dengan orang lain dan memperoleh perhatian.
6.      Analisa skenario, kekurangan otonomi berhubungan dengan keterikatan individu pada skenario atau rencana hidup yang ditetapkan pada usia dini sebagai alat untuk memenuhi kebutuhannya di dunia sebagaimana terlihat dari titik yang menguntungkan menurut posisi hidupnya.

*      Unsur-unsur analisi transaksional
Analisis transaksional berakar pada suatu filsafat yang antidetermenistik serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemrograman awal. Disamping itu, analisis transaksional berpijak pada asumsi-asumsi bahwa orang-orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya serta orang-orang mampu memilih untuk memutuskan ulang. Analsisis transaksional meletakan kepercayaan pada kesanggupan individu untuk tampil diluar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru.


Daftar Pustaka
Corey,G.(1995), Theory and prantice of counseling and psychotherapy, Semarang: brooks/cole publishing company

Roberts.A.R. Greene, g.j. 2008. Buku pintar pekerja social: Jakarta. Gunung mulya

Logoterapi

LOGOTERAPI

*      Konsep Utama Logoterapi
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl berpendapat bahwa manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan kemudian setelah menemukan mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang dinamakan Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup.
Logoterapi awalnya ialah suatu metode psikoterapi untuk menangani orang-orang yang kehidupannya kehilangan arti. Logoterapi lebih menekankan teknik daripada teori. Akan tetai seperti dikemukakan Frankl, sesuatu yang tidak berdasarkan teori tentang kodrat manusia dan filsafat kehidupan tidak dapat menjadi bentuk psikoterapi (sama seperti ahli-ahli teori lain, kita akan memusatkan perhatian di sini hanya pada teori kepribadian, bukan pada teknik-teknik yang dipakai oleh ahli teori untuk mengubah kepribadian).

*      Teknik-Teknik Terapi Logoterapi

Diantara teknik-teknik tersebut adalah yang dikenal dengan intensi paradoksal, yang mampu menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.

Teknik terapi Frankl yang kedua adalah de-refleksi. Frankl percaya bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya

*      Unsur-unsur Logoterapi

ü  Munculnya Gangguan

ü  Tujuan Terapi
Untuk memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
Untuk menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan
Bertujuan memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.

ü  Peran Terapis
Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah
Mengendalikan filsafat pribadi
Terapis bukan guru atau pengkhotbah
Memberi makna lagi pada hidup
Memberi makna lagi pada penderita
Menekankan makna kerja
Menekankan makna cinta


Daftar Pustaka

Frankl. Emil. 2004. On the theory and therapy of mental disorders: an introduction to logotherapy and existential analysis.New York: Brunner-Routledge 270 Madison Avenue

Person Centered Therapy

PERSON CENTERED THERAPY

*      Konsep Terapi Person Centered
Terapi ini disebut juga dengaan client-centered therapy ( terapi yang berpysat pada pasien) atau terapi nondirektif. Teknik ini pada awalnya dipakai oleh Carl Rogers(1902-1987) pada tahun 1942. Sejak itu banyak prinsip rogers yang dipakai dalam terapi diterims secara luas. Dalam pandangan Rogers, gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri. Terapi yang berpusat pada pada pasien ini yang dikembangkan rogers membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejatidengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan ddan penghargaan dalam hubungan terapeutik.
Rogers mengemukakan enam syarat dalam proses terapi person centered yang harus dipenuhi oleh terapis. Rogers enyatakan bahwa pasien akan mengadakan respon jika :
1.      Terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri
2.      Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk mengerakkan dirinya kearah kematangan serta independensi, dan terapis menggunakan kekuatan ini dalam usahanya sendiri
3.      Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan apa saja yang diinginkan
4.      Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap
5.      Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan pemahaman dan penerimaan terhadap emosi –emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukannya
6.      Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberikan penafsiran, nasihat, mengajarkan, membujuk, meyakinkan kembali pasien

*      Unsur-unsur Terapi Person Centered
Munculnya gangguan
Carl Rogers (1902-1987), berpendapat bahwa orang-orang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri. Pendekatan humanistic Rogers terhadap terapi Person Center Therapy, membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan pengharagaan dalam hubungan terapeutik.

Tujuan Terapi
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan atau nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.

Peran Terapis
Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial

*      Teknik Terapi Person Centered
Pengungkapan dan pengomunikasian penerimaan, respek, dan pengertian, serta berbagai upaya dengan klien dalam mengembangkan kerangka acuan internal dengan memikirkan, merasakan, dan mengeksplorasi. Menurut pandangan pendekatan Client-Centered, penggunaan teknik-teknik sebagai muslihat terapis akan mendepersonalisasikan hubungan terapis klien.
Teknik-teknik harus menjadi suatu pengungkapan yang jujur dari terapis, dan tidak bisa digunakan secara sadar diri, sebab dengan demikian terapis tidak akan menjadi sejati. Konkritnya, menurut Corey wawancara merupakan tekhnik utama dalam konseling. Bahkan penyembuhan diri konseling sendiri dilakukan melalui akibat tidak langsung dari proses diskusi antara konselor dan konseling.



Daftar Pustaka
Semium,Y.(2006), Kesehatan Mental 3.Yogyakarta: Kanisiun
Corey, G. (2003).Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT.Refika Aditama


Mari Lebih Mengenal Terapi Humanistik

TERAPI HUMANISTIK

*      Konsep Utama Terapi Humanistik-Eksistensial

·         Kesadaran Diri
Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
·         Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan 
·         Penciptaan Makna

*      Unsur – unsur Terapi Humanistik-Eksistensial

ü  Munculnya gangguan
Ketika kondisi-kondisi inti manusia mulai berubah, serta munculnya kecemasan-kecemasan terus-menerus, tidak bisa mengaktulaisasikan potensi diri, dan tidak bisa menyadari potensi-potensi diri yang dimiliki.
ü  Tujuan terapi
      Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan diri dan pertumbuhan.
Mengapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi dalam membantuk klien
Membantu klien dalam menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri. Membantuk klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
ü  Peran Terapis
Terapis berusaha untuk menekankan & mendahulukan pemahaman(insight) klien agar bisa masuk ke dalam alam bawah sadar klien. Kemudian terapis mulai mulai memberikan stimulus berupa sugesti-sugesti kepada klien tentang potensi diri yang dimiliki.

*      Teknik Terapi Humanistik
Klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas, Kemudian klien dibantu dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Setelah dibantu dalam mengidentifikasi, klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima.Lalu kemudian klien diajak untuk berfokus untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka, kemudian klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang konkrit, klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan.

Daftar Pustaka
Semium,Y.(2006). Kesehatan Mental 3.Yogyakarta: Kanisiun
Corey,G.(1995), Theory and prantice of counseling and psychotherapy, Semarang: brooks/cole publishing company
Corey, Gerald. (2010). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung

Kamis, 09 April 2015

Terapi Psikoanalisa

TERAPI PSIKOANALISA
(FREUD)

*      Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi

*      Konsep2 utama terapi psikoanalisis

1.      struktur kepribadian
·         id
·         ego
·         super ego

2.      pandangan ttg sifat manusia
·         pandangan freud ttg sifat manusia pd dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik dan reduksionistik

3.      kesadaran & ketidaksadaran
·         konsep ketaksadaran
Ø  mimpi2 → merupakan representative simbolik dari kebutuhan2, hasrat2  konflik
Ø  salah ucap / lupa → thd nama yg dikenal
Ø  sugesti pascahipnotik
Ø  bahan2 yg berasal dari teknik2 asosiasi bebas
Ø  bahan2 yg berasal dari teknik proyektif

4.      Kecemasan
·         Adalah suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu
Fungsi → memperingatkan adanya ancaman bahaya

·         3 macam kecemasan
Ø  Kecemasan realistis
Ø  Kecemasan neurotic
Ø  Kecemasan moral

*      Teknik dasar Terapi Psikoanalisis

1.      Asosiasi bebas
→ adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu & pelepasan emosi2 yg berkaitan dg situasi2 traumatik di masa lalu

2.      Penafsiran
→ Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi2 bebas, mimpi2, resistensi2 dan transferensi
bentuk nya = tindakan analis yg menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna2 t.l

3.      Analisis Mimpi
→ Suatu prosedur yg penting untuk menyingkap bahan2 yg tidak disadari dan memberikan kpd klien atas beberapa area masalah yg tak terselesaikan

4.      Analisis dan Penafsiran Resistensi
→ Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan2 yg ada dibalik resistensi shg dia bias menanganinya

5.      Analisis & Penafsiran Transferensi
→ Adalah teknik utama dalam Psikoanalisis krn mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi

*      Unsur-unsur Terapi psikoanalisa

1.      Muncul Gangguan

Psikoterapi berupaya untuk memunculkan penyebab masalah atau gangguan itu muncul melalui intervensi yang ditinjau dari lingkungan, kepribadian, faktor ekonomi, afeksi, komunikasi interpesonal dan lain sebagainya. Dengan usaha lebih mengenal penyebab gangguan itu muncul klien dapat memperkuat diri agar terhindar dari resiko yang tinggi dengan modifikasi interaksi terhdap lingkungannya.

2.      Tujuan Terapi
 Membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien   Focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.

3.      Peran Terapi
·         Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis
·         Membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar dan menafsirkan
·         Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan klien
·         Mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien






Daftar Pustaka
Freud,S.(2006), Teori Kepribadian Dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius
Corey,G.(1995), Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy. Brooks/Cole Publishing Company.